Kamis, 06 Maret 2014

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS KAKAO YANG BERKELANJUTAN SEBAGAI GERBANG MENUJU MASYARAKAT DESA YANG LEBIH BERDAYA


            Indonesia sebagai negara megabiodiversitas merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Secara ekonomis, daerah pedesaan Indonesia merupakan wilayah yang cukup potensial dan memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional.  Akan tetapi, banyak dari masyarakat yang berasal dari pedesaan hijrah ke perkotaan karena mereka menganggap pembangunan desa dengan pembangunan di kota tidak seimbang dan kota dianggap menyediakan sejumlah peluang untuk meningkatkan kesejahteraan. Untuk itu diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan perekonomian desa serta membangun masyarakat desa sehingga masyarakat menjadi lebih berdaya.
            Yang dimaksud dengan pedesaan disini adalah lebih luas dari pengertian desa dengan batas administratif. Pedesaan adalah perwilayahan dimana terdapat didalamnya desa-desa administratif, kota kecamatan dan kota kecil yang sedang bertumbuh menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi rakyat dan sebagai pusat  suplai kebutuhan-kebutuhan ekonomi dan produksi rakyat.
Membahas masalah pedesaan erat kaitannya dengan masalah keterpencilan, akses, jauh atau dekat dengan kota-kota industri, ada tidaknya pusat-pusat pengumpul komoditi pertanian dari pedesaan tertentu, pasar, lokasi industri, wilayah-wilayah komoditi pertanian dan sebagainya. Dengan pertimbangan bahwa desa-desa di Indonesia masih banyak yang bersifat agraris atau pertanian, maka industri  yang mudah berkembang di pedesaan dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomis masyarakat adalah jenis industri yang dapat memproses hasil-hasil pertanian.
Lanjutan dari pembangunan pertanian adalah pembangunan agroindustri. Kemudian diikuti dengan pembangunan industri. Dalam upaya pembangunan masyarakat desa serta untuk menopang perekonomian desa, maka perlu dikembangkan agroindustri yang berkelanjutan.
Istilah “kakao” sendiri merujuk pada bahan tanaman, tanamannya, buah, dan biji, sedangkan bagi produk yang siap dipakai istilah tersebut menjadi “cokelat”. Kakao sendiri bukanlah tanaman asli dari Indonesia, melainkan berasal dari Benua Amerika pada bagian yang mempunyai iklim tropis. Produk olahan kakao yang terkenal adalah cokelat. Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao (Theobroma cacao).  Kakao merupakan bahan dasar makanan yang paling disukai orang-orang di dunia yaitu cokelat. Indonesia sendiri sekarang berada pada peringkat ketiga sebagai produsen kakao terbesar dunia dibawah Pantai Gading dan Ghana.
 Industri kakao dalam negeri sering mengalami pasang surut dan tak lepas dari masalah. Mengingat kakao juga mudah terserang hama. Produksi kakao sebagai bahan baku cokelat tidak stabil lantaran perubahan iklim, ketidakstabilan politik, hama, dan penyakit sehingga potensi Indonesia untuk menggeser Pantai Gading dan Ghana sebagai produsen kakao terbesar duniapun menjadi semakin sulit. Pasang surut industri kakao dapat mempengaruhi perekonomian nasional, kehidupan para petani, dan lain sebagainya. Untuk itu, diperlukan usaha dan peran serta dari petani kakao, pemerintah, dan masyarakat agar niat Indonesia untuk menjadi Raja Kakao dunia dapat segera terlaksana.
A.    Pengertian Agroindustri dan Agroindustri yang Berkelanjutan
1.      Agroindustri
Agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ke tahapan pembangunan industri. Dengan kata lain adalah setelah pembangunan pertanian ada pembangunan agroindustri dan setelah pembangunan agroindustri ada pembangunan industri.
Soekartiwi (2005 : 9) mengemukakan bahwa pengertian agroindustri adalah bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan pembinaan. Jadi, agroindustri merupakan bagian dari agribisnis dan dianggap sebagai leading sector dari agribisnis.
Agroindustri dapat diartikan dua hal. Pertama, agroindustri adalah industri yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Kedua, agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian.
2.      Agroindustri yang Berkelanjutan
Kata berkelanjutan (sustainable) memiliki arti yaitu berkesinambungan atau berlangsung terus menerus. Maka, agroindustri yang berkelanjutan (sustainable agroindustrial) adalah agroindustri yang mendasarkan diri pada konsep keberlanjutan, dimana agroindustri yang dimaksudkan dibangun dan dikembangkan dengan memerhatikan aspek-aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam. Semua teknologi yang digunakan serta kelembagaan yang terlibat dalam proses tersebut diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia di masa sekarang serta masa yang akan datang. Jadi, teknologi yang digunakan sesuai dengan daya dukung sumber daya alam, tidak ada degradasi lingkungan, serta ekonomi menguntungkan dan secara sosial diterima oleh masyarakat.
Ciri dari agroindustri yang berkelanjutan antara lain :
a.       Produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama sehingga memnuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang atau masa mendatang.
b.      Sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian yang menghasilkan bahan baku agroindustri dapat dipelihara dengan baik dan bahkan terus ditingkatkan karena keberlanjutan agroindustri tersebut sangat tergantung dari tersedianya bahan baku.
c.       Dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan adanya agroindustri dapat diminimalkan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhasilnya pembangunan agroindustri yang berkelanjutan yaitu manajemen stok untuk bahan baku, dinamika permintaan pasar, industri pesaingnya, dan kualitas sumber daya manusianya.
B.     Agroindustri dalam Pembangunan Masyarakat Desa
1.      Agroindustri sebagai Profesi Baru di Pedesaan
Pertumbuhan agroindustri akan berakibat terjadinya pemanfaatan dan penanaman tanah-tanah pertanian secara lebih intensif dan lebih produktif. Dan di Indonesia sendiri, banyak desa yang memiliki tanah yang dapat dimanfaatkan secara lebih intensif yaitu bisa melalui penggunaan teknologi modern. Apabila usaha agroindustri berjalan baik maka diharapkan nilai tambah yang dihasilkan dari hasil pertanian akan tertinggal di desa, dan akan menambah nilai ekonomis dari kemampuan produktif masyarakat desa yang bersangkutan.
Dampak positif yang benar-benar diharapkan dari perkembangan dari perkembangan industrialisasi di pedesaan, adalah terciptanya peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga yang potensial atau produktif. Hal ini akan sedikit banyak mengubah mata pencaharian masyarakat sebagai petani yang tradisional menjadi tenaga yang profesional di bidang industri. Dengan perubahan ini diperkirakan akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
Suplai tenaga di pedesaan tidak menjadi masalah serius, karena tenaga kerja tersebut merupakan penduduk asli dari desa tersebut. Justru yang menjadi masalah adalah kualitas dan adanya migrasi yang dapat mengurangi jumlah tenaga kerja yang produktif. Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan jalan menciptakan taraf hidup yang lebih baik di desa yang bersangkutan.
Agroindustri sendiri diharapkan dapat menyerap tenaga dari para petani kecil yang umunya memiliki areal tanah yang sangat terbatas. Agroindustri diharapkan dapat membantu para petani dalam meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki kondisi ekonominya, dan dapat memberikan kesempatan kerja pada anggota keluarganya yang dapat berperan sebagai tenaga kerja yang produktif.
Salah satu hambatan penting adalah keterampilan tertentu pada masyarakat desa yang kurang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Hambatan ini dapat diatasi dengan adanya kegiatan pembinaan informasi dan usaha-usaha memperkenalkan keahlian dan keterampilan baru, atau melalui proses training yang diberikan kepada mereka yang potensial. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara optimal dan semaksimal mungkin agar masyarakat dapat lebih berdaya dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri serta mandiri.
2.      Agroindustri dan Potensi Pedesaan
Di pedesaan selain terdapat potensi sumber daya alam lokal juga terdapat potensi sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga yang produktif dalam sektor industri mikro atau skala kecil, kerajinan, maupun bidang jasa. Dengan berkembangnya industri tersebut maka hal ini akan mengurangi jumlah tenaga produktif yang akan hijrah ke kota di wilayah terdekat sebagai urbanisasi.
Kehidupan di wilayah industri pedesaan akan sama menariknya dengan kesempatan mendapatkan mata pencaharian di kota-kota, karena industri yang bertumbuh di desa akan sama banyak dan ragamnya dengan pertumbuhan kapasitas tenaga kerja di kalangan masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh industri tersebut. Struktu ekonomi pedesaan akan lebih meningkat atau berubah dengan adanya pertumbuhan yang bersandar pada sumber daya alam yang ada atau pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh anggota masyarakat desa yang bersangkutan.
Perekonomian pedesaan berpeluang menciptakan kesempatan kerja sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. Tetapi masyarakat desa perlu dilindungi dari kondisi fluktuasi pasar yang mungkin dapat merugikan investor kecil yang berasal dari desa. Kegiatan ekonomi harus dilaksanakan dengan tujuan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat mengentaskan kemiskinan.

C.     Agroindustri Kakao dan Peranannya dalam Pertanian di Pedesaan
1.      Agroindustri Kakao
Budidaya kakao meliputi sistem usaha tani, panen dan pasca panen, mutu dan pengawasan mutu. Sistem usaha tani meliputi habitat tanaman, pohon pelindung, pemeliharaan tanaman, perbanyakan tanaman, replanting dan rehabilitasi, gulma, hama, dan penyakit. Sedangkan panen dan pasca panen kakao komponennya adalah perkembangan tanaman, panen kakao, fermentasi, pengeringan, penyimpanan,  dan mikroorganisme dalam prosesing. Dalam mutu dan pengawasan mutu terdapat komponen yaitu aroma, standar mutu kakao internasional, sistem pengawasan mutu, purity, dan karakter fisik.
Biji kakao Indonesia memiliki keunggulan melting point Cocoa Butter yang tinggi, serta tidak mengandung pestisida dibanding biji kakao dari Ghana maupun Pantai Gading. Sebagian besar kakao Indonesia diekspor dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar berbentuk biji kering dan hanya sebagian kecil yang berbentuk olahan.
Jika produk kakao yang diekspor bukan hanya biji kering, tetapi lebih banyak produk olahan kakao maka akan menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar. Sehingga berdampak pula pada perbaikan kondisi ekonomi para petani dan masyarakat desa sebagai penghasil kakao. Berikut adalah perbandingan pengusahaan kakao Indonesia dengan Afrika dan Amerika Latin.
Tabel 1 perbandingan pengusahaan kakao Indonesia dengan Afrika dan Amerika Latin
Skala
INDONESIA
AMERIKA LATIN&AFRIKA
Mikro
1.      Upah tenaga kerja lebih murah
2.      Harga pokok produk lebih murah karena upah, bahan bakar, dan unsur biaya produksi lainnya lebih murah.
1.      Upah tenaga kerja lebih mahal
2.      Harga pokok produk lebih mahal karena upah, bahan bakar, dan unsur biaya produksi lainnya lebih mahal
Makro
1.      Gejolak iklim tidak besar
2.      Infrastruktur dari daerah produsen ke pelabuhan ekspor lebih bagus
3.      Memiliki sumber devisa nonmigas sehingga prasarana yang disediakan pemerintah cukup mendukung
1.      Gejolak iklim besar
2.      Infrastruktur dari daerah produksi ke pelabuhan ekspor kurang memadai
3.      Sumber devisa nonmigas kurang mendukung sehingga prasarana yang disediakan pemerintah kurang memadai
Sumber : Spillane (1995)
2.      Peranan Kakao dalam Pertanian di Pedesaan
Industri kakao merupakan industri yang cukup menjanjikan. Untuk mendukung sektor non migas, komoditas pertanian yang mempunyai prospek baik terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan devisa negara tidak bisa hanya mengandalkan sektor migas. Sektor non migaspun memiliki andil yang cukup besar dalam menambah pemasukan negara.
Khusus mengenai tanaman kakao, karena adanya sifat-sifat khusus dari budidaya tersebut, maka dalam kebijaksanaan pengembangannya dilakukan melalui peranan yang dapat diberikannya yaitu :
a.       Komoditas kakao merupakan komoditas yang harga persatuan bobotnya relatif mahal. Dengan demikian komoditas tersebut sangat sesuai untuk dikembangkan pada lokasi yang terpencil, yang transportasinya sulit, sehingga komponen biaya transportasi merupakan komponen yang relatif kecil dalam pembentukan harga jual di tempat eksportir. Dengan harga yang relatif mahal tentu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan melalui sektor pertanian dan turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
b.      Kakao dapat ditanam sebagai campuran di bawah tanaman lainnya. Dengan demikian usaha tani kakao akan dapat memperkuat usaha tani budidaya lainnya dan sekaligus peningkatan manfaat dari lahan sebagai sumber daya yang dimiliki oleh petani.
c.       Berdasarkan analisis yang dilakukan, penyerapan tenaga kerja persatuan nilai yang diinvestasikan cukup tinggi, artinya dengan jumlah dana yang tertentu investasi untuk budidaya kakao akan menyerap tenaga kerja yang lebih besar dari budidaya lainnya seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit.
d.      Karena sifat usaha tani kakao yang ditanam secara lebih rapat, apalagi dengan tanaman pelindung, maka penanaman kakao mempunyai peranan juga di dalam pelestarian lingkungan.

D.    Rancangan Kakao Berkelanjutan Indonesia
Pada tanggal 9-11 Juli 2012 bertempat di Bogor, Direktorat Mutu dan Standardisasi Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian memfasilitasi rancangan penyusunan kebijakan Indonesia Sustainable Cocoa/ISCocoa atau kebijakan di bidang kakao berkelanjutan Indonesia. Dihadiri sejumlah pihak yang berkepentingan dalam komoditas kakao.
Selain hambatan-hambatan seperti produksi, distribusi, pengolahan, dan sebagainya ada hambatan baru yang berasal dari konsumen. Konsumen saat ini lebih selektif dan rasional dalam memilih produk. Konsumen melihat sebuah produk bukan hanya dari segi safety atau yang berkualitas, tetapi juga produk tersebut harus merupakan produk yang diproduksi dan diolah dengan memerhatikan aspek sosial dan aspek kelestarian lingkungan (sustainable).
Untuk mengahadapi dan menyelesaikan hambatan baru tersebut maka dibutuhkan kerja sama antara pemangku kepentingan demi terciptanya keterpaduan pengelolaan sumber daya, program, dan tindakan dari berbagai pihak yang bergelut dalam bidang pengembangan mutu kakao berkelanjutan. Yaitu dengan dituangkan dalam suatu kebijakan yang disebut ISCocoa. Sistem sertifikasi ISCocoa merupakan program sertifikasi yang menggunakan pendekatan berbasis resiko serta perbaikan terus-menerus guna meningkatkan dampak positif dari praktek berkelanjutan dalam sistem produksi. Rancangan regulasi bidang kakao berkelanjutan ini telah sampai pada tahap kedua dan pembahasan ditekankan pada empat hal yaitu :
1.      Prinsip dan kriteria (standar) Sistem Kakao Indonesia Berkelanjutan ISCocoa
2.      Konsep sistem Sertifikasi Kakao Indonesia Berkelanjutan
3.      Pembinaan dan pengawasan
4.      Kelembagaan ISCocoa
Demi terjaganya keseimbangan kelestarian keanekaragaman hayati maka kebijakan kakao berkelanjutan dilaksanakan dengan menerapkan teknologi berwawasan lingkungan. Produksi dan nilai tambah sistem agribisnis dan agroindustri perkakaoan tidak hanya dinikmati oleh golongan tertentu tapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
E.     Pengolahan Kakao menjadi Pasta, Lemak, dan Bubuk Cokelat (Dari Produk Primer menjadi Produk Sekunder)
Proses pengolahan kakao menjadi produk sekunder melalui berbagai tahapan proses yaitu pembersihan biji kakao, penyangraian, pemecahan dan pemisahan kulit. Pasta Cokelat atau Cocoa mass merupakan hasil olahan kakao yaitu biji kering kakao. Biji kering kakao yang semula berbentuk padat diubah melalui beberapa tahapan proses menjadi berbentuk semicair atau cair. Setiap ton pasta cokelat membutuhkan 1,20-1,25 ton biji kakao kering. Pasta Cokelat inilah yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan lemak dan bubuk cokelat yang terdapat dalam bermacam-macam produk makanan dan minuman cokelat.
Lemak kakao adalah lemak nabati dimana ia memiliki sifat yang unik yaitu tetap cair pada suhu dibawah titik bekunya. Sehingga banyak pabrik makanan cokelat menggunakan teknik tempering khusus dengan mengubah struktur kristal lemak kakao sedemikian rupa sehingga lemak kakao tetap padat meskipun sudah mencapai titik lelehnya. Lemak kakao berwarna putih-kekuningan dan berbau khas cokelat. Dibandingkan dengan lemak kakao asal Afrika Barat, lemak kakao Indonesia (Sulawesi) mempunyai tingkat kekerasan yang lebih tinggi.
Bubuk cokelat dihasilkan dari bungkil inti biji hasil pengempaan yang dihaluskan dengan alat penghalus kemudian disaring atau diayak. selama proses penghalusan suhu operasi harus dikontrol agar diperoleh bentuk bubuk yang stabil, baik warnanya maupun sifat-sifatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Maskun, Sumitro. 1994, Pembangunan Masyarakat Desa (Asas, Kebijaksanaan, dan Manajemen, Cetakan ke-3, Media Widya Mandala, Yogyakarta.
Noer. “Bagaimana Membangun Agroindustri yang Berkelanjutan”, noerdblog.wordpress.com, diakses pada Selasa, 3 Desember 2013.
Roesmanto, Joko. 1991, Kakao : Kajian Sosial Ekonomi, Cetakan ke-1, Penerbit Aditya Medya, Yogyakarta.
Setiavani, Gusti. “Teknologi Pengolahan Kakao”, verarbeitung2012.wordpress.com, diakses pada Rabu, 4 Desember 2013.
Soekartawi. 2005, Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi, Cetakan ke-1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Spiliane, James J. 1995, Komoditi Kakao : Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, cetakan ke-1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar