Kamis, 06 Maret 2014

MAX WEBER



Max Weber merupakan salah satu sosiolog asal Jerman dimana pemikiran sosiologinya lahir dalam keadaan dan kondisi sosial politik Jerman yang sedang mengalami masa peralihan atau masa transisi. Pada masa transisi tersebut, pada umumnya keadaan belum stabil yaitu karena di Jerman masyarakatnya yang pada mulanya berlatar belakang agraris mengalami transisi dan beralih menjadi masyarakat yang berlatar belakang industri atau perkotaan. Keadaan tersebut tentu membuat pemikiran masyarakatpun berubah baik di bidang politik maupun ekonomi. Sama halnya dengan Auguste Comte, Weber juga seorang positivis. Selain Comte, Karl Marx juga turut mempengaruhi pemikiran Weber.
Max Weber mengemukakan suatu metode penelitian yang spesifik yaitu verstehen. Bagi Weber, verstehen melibatkan penelitian sistematis dan tidak hanya sekedar merasakan teks atau fenomena sosial. Verstehen lebih dengan empati. Intrepretatif understanding yaitu menggunakan cara berfikir orang lain. Pemikiran Weber yang lain adalah tentang tindakan sosial. Menurutnya, tindakan sosial adalah suatu tindakan yang memiliki arti subyektif bagi individu dan diarahkan kepada orang lain. Kemudian ia membagi tindakan sosial tersebut menjadi empat macam yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Rasionalitas instrumental adalah tindakan sosial yang mempertimbangkan atau menyesuaikan antara cara yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai. Contohnya, jika seorang mahasiswa ingin memperoleh nilai dan Indeks Prestasi yang bagus maka ia harus belajar, aktif dalam kelas, rajin mengerjakan tugas, dan lain-lain. Rasionalitas yang berorientasi nilai adalah tindakan sosial yang rasional namun orientasinya adalah nilai contohnya adalah umat muslim yang melaksanakan puasa, menunaikan ibadah haji, dan lain sebagainya. Kemudian tindakan afektif merupakan tindakan yang didasari afeksi atau perasaan dan emosi tanpa perhitungan dan pertimbangan contohnya ketika seseorang sedang marah. Sedangkan tindakan tradisional adalah suatu tindakan yang timbul dan dilakukan atas dasar kebiasaan, tradisi yang turun temurun contohnya adat istiadat Jawa, tradisi mitoni, dan lain sebagainya.
Pandangan Weber dalam melihat realitas sosial berbeda dengan pandangan Durkheim. Durkheim mengabaikan arti-arti subyektif, sedangkan menurut Weber arti subyektif tersebut penting. Weberpun berbeda pandangan dengan Marx mengenai kapitalisme dan iapun menentang teori monokausalitas yang dikemukakan oleh Marx. Dalam teori monokausalitas, Marx berpendapat bahwa ekonomi adalah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat sedangkan menurut Weber tidak hanya ekonomi yang mempengaruhi tetapi juga sosial dan politik. Bagi Weber, kapitalisme sangat rasional, sosialisme yang bertujuan agar kaum proletar berkuasa akhirnya melakukan birokratisasi.
Dalam karyanya yang terkenal yaitu The Protestan Ethic and Spirit of Capitalism, Weber mengemukakan bahwa etika protestan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kapitalis. Etika protestan yang menekankan kehidupan di dunia (inner-worldly asceticism) berbeda dengan etika katolik yang outer-worldly asceticism yang menekankan kehidupan setelah di dunia atau dengan kata lain dunia setelah kematian. Profesional yang tinggi (etos kerja) berada dalam semangat kapitalisme dan etika protestan. Ukuran sukses di dunia juga merupakan ukuran sukses di akhirat. Inilah yang mendorong meningkatnya kapitalisme sehingga etika protestan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kapitalis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar