Kamis, 06 Maret 2014

SARANG BURUNG WALET GUA KARANG BOLONG : KOMODITI ANDALAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I
PENGANTAR
1.      Prolog
Kebumen adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang memiliki moto Bhumi Tirta Prajamukti atau Kebumen Beriman. Beriman maksudnya adalah Bersih, Indah, dan Manfaat. Selain pertanian dan industri berbasis pertanian, Kebumen mempunyai potensi tambang dan pariwisata yang menjanjikan. Objek wisata di daerah Kebumen antara lain ada Gua Jatijajar, Gua Petruk, Benteng Van Der Wijk, Waduk Sempor, Pantai dan Gua Karangbolong, dan masih banyak yang lainnya.
Lambang Kabupaten Kebumen adalah burung walet atau lawet. Burung walet dalam lambang tersebut berkaitan erat dengan potensi Kebumen yaitu sebagai penghasil sarang burung walet. Kebumen dikenal sebagai penghasil sarang burung walet di Gua Karangbolong, Gua Pasir, dan Gua Karangduwur. Burung walet merupakan ciri khas Kebumen dan hasil sarang burung walet pernah menjadi primadona pendapatan daerah. Bahkan di tengah kota Kebumen terdapat sebuah tugu yang diberi nama Tugu Lawet (Walet) dengan ketinggian sekitar 15 meter untuk mengabadikan ‘ikon’ Kebumen ini.

2.      Profil Komoditas Sarang Burung Walet
Burung Walet merupakan salah satu burung pemakan serangga yang bersifat aerial, suka meluncur, mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua. Jenis usaha budi daya walet ini, produknya yang  terkenal dan menjadi komoditi andalan adalah sarang. Sarang burung walet sebenarnya yang dihasilkan dari ludah burung walet. Sarang tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, bahkan merupakan komoditas ekspor yang bernilai tinggi. Sarang burung walet harganya cukup mahal, dan banyak dikonsumsi untuk kesehatan.
Keberadaan walet di gua Karangbolong sudah ratusan tahun dan sudah tersohor sejak awal abad ke-17. Di Kebumen tepatnya di Gua Karangbolong, sarang burung walet dikelola masyarakat setempat secara turun temurun dengan mengedepankan kearifan lokal. Pemanenan dilakukan secara periodik dan sebelum dilakukan pemanenan diadakan ritual meminta keselamatan. Burung walet merupakan komponen yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi kerakyatan. Dengan hasil dari air liur burung walet ini dapat mencukupi sebagian warga desa Karang Bolong, Kebumen, dan menjadi salah satu pemasok pendapatan daerah yang cukup besar bagi kota Kebumen. Namun, tiap tahun sarang burung walet yang diunduh  dari gua Karangbolong terus mengalami penurunan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Karakteristik dan Manfaat Burung Walet
a.       Karakteristik Burung Walet
        Burung walet adalah burung yang memiliki ciri-ciri berwarna gelap, berukuran kecil atau sedang, mempunyai sayap yang sempit dan runcing, mempunyai kecepatan terbang yang cukup tinggi. Kaki dan paruhnya sangat kecil, bentuk matanya bulat dan cekung, ekornya bercabang dua yaitu berbentuk persegi atau persegi panjang. Walet termasuk burung yang senang bersarang di tempat-tempat yang gelap dan lembab contohnya di gua-gua. Hal tersebut berkaitan dengan kemudahan burung walet untuk mengeluarkan liur yang nantinya liur tersebut dapat menghasilkan sarang.
        Normalnya, burung walet mengalami masa kawin dua kali setahun. Burung walet memiliki satu karakteristik unik yang disebut ekolokasi. Ekolokasi yaitu kemampuan si burung walet untuk mengeluarkan suara berfrekuensi tertentu secara terputus-putus, kemudian menangkap kembali pantulan suara tersebut untuk menentukan jarak dan letak suatu benda.
b.      Manfaat Sarang Burung Walet
Bagi manusia sendiri burung walet sangat bermanfaat. Sarang yang dihasilkannya harganya mahal sehingga bisnis sarang walet dianggap cukup menjanjikan. Selain itu, sarang walet dapat dikonsumsi, rasanya cukup lezat contoh produknya adalah berupa sup sarang burung walet. Ia berguna juga bagi kesehatan karena menurut para ahli sarang walet dapat merangsang pertumbuhan dan pembelahan sel tubuh manusia, mampu meningkatkan kekebalan tubuh, dan mampu mencegah flu burung. Sarang burung walet terdiri atas karbohidrat, asam-asam amino, dan garam-garam mineral. Diantara karbohidrat didalamnya adalah asam sialik (9%) berguna untuk perkembangan syaraf dan intelektual anak.
Sarang walet sebagai food supplement yaitu ibarat multivitamin. Asupan sarang walet akan menstimulus kinerja organ-organ tubuh lebih baik dan kekebalan tubuhpun meningkat. Mineral-mineral sarang burung walet sangat manjur untuk mendukung aktivitas tubuh. Khasiat sarang burung walet diantaranya dapat melancarkan saluran pencernaan, menyembuhkan batuk dan dahak, dan mengurangi efek negatif nikotin (bagi perokok).

2.        Sarang Burung Walet di Gua Karangbolong
a.       Warga Desa Karangbolong sebagai Pengunduh Sarang Burung Walet Karangbolong
Sarang burung walet merupakan komoditi andalan kabupaten Kebumen. Akan tetapi nasib para pengunduhnya tidak selalu mujur. Padahal mereka yang menantang nyawa demi memanen sarang burung walet. Selain menjadi sikep (pengunduh sarang burung walet), mereka juga menjadi gandek  (menjaga gua-gua). Tentang tugas jaga, para sikep melakukan piket bergantian. Mereka berangkat pagi, mendaki bukit Karangbolong, lalu tidur di pos. Demikianlah tugas pekerja pengunduh yang sangat berat. Menjadi pengunduh sarang burung walet dibutuhkan keberanian yang sangat luar biasa. Dibalik keindahannya, pantai dan gua Karangbolong ternyata terdapat orang-orang yang mencari nafkah dengan taruhan nyawa.
Umumnya para pengunduh merupakan warga sekitar yaitu warga desa Karangbolong. Mereka harus berani menghadapi resiko, mereka bisa saja tercebur ke dalam ombak pantai. Para pengunduh harus bergelantungan mengais sarang burung dari sela-sela bibir gua karang. Sampai saat ini banyak para pengunduh yang nasibnya tidak jelas dan banyak yang sudah berpuluh-puluh menjadi pengunduh masih menjadi tenaga honorer.
b.      Perkembangan ritual sebelum pengunduhan sarang walet gua Karangbolong sebagai kegiatan atraksi wisata
  Sarang burung walet di gua Karangbolong terletak di tebing terjal berbatasan dengan laut lepas. Lokasi gua yang berada di bibir pantai sangat beresiko bagi yang mau memanen sarang burung. Oleh karena itu, biasanya sebelum panen masyarakat sekitar mengadakan upacara adat panen sarang burung walet yang biasanya diadakan di desa Karangbolong. Menurut kepercayaan warga setempat sarang burung walet tersebut adalah milik Nyi Loro Kidul. Jadi agar pemanenan lancar dan selamat harus dilakukan rangkaian ritual adat yang intinya sebagai upacara keselamatan. Sesaji-sesaji disiapkan dan di bibir gua pantai Karang bolong disiapkan juga pergelaran wayang kulit beserta peralatan gamelannya. Setelah lengkap dalang memulai dengan membaca mantra sebagai pembuka upacara. Dia meminta izin kepada penguasa laut kidul dan pengikutnya untuk keselamatan acara panen sarang burung walet keesokan harinya.
Pemerintah kurang memperhatikan potensi ritual sebelum pengunduhan sarang burung walet ini. Padahal ritual yang unik tersebut dapat menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung, yang tentunya akan memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat. Selain itu, belum tersedianya pengetahuan dan informasi yang cukup, promosi atraksi wisata ini juga hanya dari mulut ke mulut dan belum dilakukan dalam skala yang luas. Diperlukan promosi dan penataan kegiatan yang baik, ritual tersebut dikemas menjadi satu event wisata sehingga banyak wisatawan tertarik berkunjung. Selain sebagai kegiatan wisata juga diharapkan manfaat-manfaat lain juga akan timbul. Perkembangan ritual sebelum pengunduhan sarang walet gua Karangbolong sebagai kegiatan atraksi wisata masih jauh dari harapan.
c.       Produksi Sarang Burung Walet Gua Karangbolong Terus Menurun.
Setiap tahunnya sarang burung walet yang diunduh dari gua Karangbolong mengalami penurunan. Berkah sarang walet ternyata tidak selamanya lancar dan stabil. Populasi burung walet yang berkurang berdampak pada hasil unduhan sarang burung walet yang ikut menurun.
Banyaknya kerusakan alam yang terjadi karena ulah tangan manusia menjadikan habitat asli burung walet terganggu. Hutan disekitar gua yang ditebang menyebabkan pakan alami burung walet berkurang dan suhu udara disekitar guapun berubah. Padahal burung walet hidup di habitat yang lembab dan suhunya dingin. Selain itu, juga pengaruh iklim yang kurang baik.
          Pendapatan dari pengunduhan sarang burung walet tidak sebanding dengan biaya proses pengunduhan. Pengunduhan yang terus menerus menimbulkan decline. Kerugiannya tentu bagi masyarakat sekitar yaitu para pekerja pengunduh walet. Seharusnya pemerintah tanggap terhadap kerusakan ekosistem walet yang nyaris punah ini.
d.      Meningkatkan Kualitas dan Produksi Sarang Walet di Gua Karangbolong Berazaz Kelestarian
Salah satu prinsip dalam Tri Upaya Walet adalah menerapkan metode panen yang berwawasan regenerasi. Metode ini dilakukan dengan terencana dan berdasarkan azas kelestarian serta keseimbangan. Pemanenan sarang walet jangan sampai menyebabkan populasi walet berkurang dan harus memperhatikan keseimbangan antara populasi walet dengan daya dukung makanan di sekitar tempat tinggalnya.
Apabila pengelolaan burung walet dan habitatnya dilaksanakan secara intensif dan berdasarkan azas kelestarian, maka hasil guna burung tersebut dapat lebih dirasakan bukan hanya bagi pemerintah tetapi tentunya bagi para pengunduh sarang burung walet serta masyarakat sekitar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sarang burung walet gua Karangbolong merupakan komoditi andalan kabupaten Kebumen. Keberadaannya sudah tersohor sejak abad ke-17. Burung walet merupakan komponen yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, harus dikelola dengan mengedepankan kearifan lokal. Pemanenan sarang burung walet dilakukan secara periodik dan ritual panen harus dilakukan sebelum pengunduhan. Pekerjaan menjadi pengunduh sarang burung walet merupakan pekerjaan yang sangat berbahaya dengan nyawa sebagai taruhannya, tapi kebanyakan sekarang nasib para pengunduh tidak semuanya mujur. Untuk itu, pemerintah harus lebih memberi perhatian lebih pada mereka yang telah berjuang dengan tangan-tangan mereka yang kuat, dengan keberanian yang sungguh luar biasa.
Selain masalah para sikep yang pendapatannya masih dibilang sangat sedikit, masalah populasi burung walet juga perlu perhatian. Mengingat produksi yang setiap tahunnya menurun maka diperlukan solusi nyata untuk menjaga dan merawat alam. Akhirnya, semuanya adalah tanggung jawab kita semua untuk menjaga agar walet di Kebumen tetap berjaya dan lestari. Karena jika tidak, bisa saja suatu saat nanti logo Kebumen yang tadinya burung walet akan diganti mengingat walet yang menjadi kebanggaan warga Kebumen tinggal kenangan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibawa, Eka. 2009, Meningkatkan Kualitas Sarang Walet, Cetakan ke-1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Harsasi, Maya. “Penurunan Walet di Kebumen, www.suaramerdeka.com, diakses pada Minggu, 13 Oktober 2013. 

Marzuki, Achmad Fatich dkk. 2005, Meningkatkan Produksi Sarang Burung Walet Berazas Kelestarian, Cetakan ke-7, Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiawan, Wawan. “Khasiat Sarang Burung Walet bagi Kesehatan”, www.carabadansehat.blogspot.com, diakses pada Senin, 28 Oktober 2013.

Tulus, Wayan. “Sarang Burung Walet Tingkatkan Kekebalan, www.wayantulus.com, diakses pada Senin, 28 Oktober 2013.

Yachya, Rahdian. “Mengenal Karakteristik Burung Walet”, www.dheanbj.com, diakses pada Sabtu, 12 Oktober 2013.

EMILE DURKHEIM (1858-1917)



a.    Riwayat Hidup Emile Durkheim
Emile Durkheim adalah salah satu sosiolog yahudi yang terkenal asal Prancis. Durkheim, seorang keturunan rabi yahudi yang lahir pada 15 April 1858 di Epinal. Sebelum memutuskan menjadi seorang agnostik, Durkheim pernah masuk katolik meskipun kemudian katolisisme tersebut  ia tinggalkan. Agnostik maksudnya adalah tidak mau tahu dengan agama, agnostik berbeda dengan atheis yang tidak percaya sama sekali akan adanya tuhan. Selain itu, Durkheim juga seorang positivis layaknya Auguste Comte.
Durkheim termasuk salah seorang yang cemerlang dalam bidang akademis. Ia diterima di Ecole Normale Superieure, tetapi untuk dapat diterima jalan Durkheim tidaklah mudah. Pertama kali dia gagal dalam ujian masuk, kedua kalinya ia kembali gagal, dan ketiga kali ia berhasil diterima dan sukses dalam ujian masuk yang sungguh kompetitif. Setelah lulus dari Ecole Normale Superieure, Durkheim menjadi seorang pengajar. Durkheim tidak lantas menjadi seorang filsuf, menurutnya filsuf tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. Ia lebih memilih mendedikasikan dan membaktikan dirinya pada suatu disiplin ilmiah yang dapat merumuskan jawaban atas bermacam-macam persoalan dalam kehidupan sehari-hari serta persoalan moral juga karena moralitas merupakan kajian utama dalam hidupnya. Komitmennya adalah supaya disiplin sosiologi yang masih bisa dibilang baru itu mendapatkan pengakuan akademis yang resmi di Prancis. Berkat peran Durkheim, tahun 1913 disiplin sosiologi resmi berdiri sebagai satu disiplin akademis.
Durkheim sangat produktif dalam bidang ilmiah atau akademis, hasil karya Emile Durkheim antara lain The Division Labor in Society, The Rules of Sociological Method, Suicide, The Elementary Forms of Religions Life, dan Moral Education. Dalam karya-karya tersebut Durkheim menuangkan berbagai ide dan pemikiran-pemikirannya. Namun setelah sang putera, Andre meninggal. Durkheim tidak pernah sembuh dari musibah tersebut hingga akhirnya ia meninggal di tahun 1917 dan mengakhiri karirnya yang cemerlang.
b.    Pemikiran Durkheim Tentang Fakta Sosial
Pemikiran Durkheim yang pertama yaitu mengenai fakta sosial (tertuang dalam karyanya The Rule Of Sociological Method) yang dapat dikatakan sebagai lawan dari fakta individu. Kita hidup dalam masyarakat yang biasanya dalam membaca atau melihat sesuatu yang ada dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh individu. Tetapi Durkheim memiliki pandangan yang berbeda. Durkheim lebih memperhatikan keutamaan sosial daripada individu.
Fakta sosial merupakan kebiasaan-kebiasaan dalam bertindak, berifikir, dan merasakan. Sifatnya umum yaitu milik bersama dan tidak terikat, memaksa individu sehingga individu terlepas dari kemauan-kemauannya sendiri, serta berasal dari luar individu bukan dorongan internal pada individu. Fakta sosial tersebut tidak bisa disebut fenomena atau gejala biologis, karena hal tersebut dilakukan atau dianut oleh banyak orang dan tidak terikat pada individu. Tidak bisa pula disebut fenomena atau gejala psikologis karena itu bukan dinamika yang terjadi dalam kesadaran individu, melainkan bersifat eksternal.
Contoh fakta sosial misalnya adalah di sekolah terdapat suatu aturan bahwa siswa dan siswi wajib mengenakan seragam. Hal tersebut berasal dari luar individu artinya bersifat eksternal pada individu, selain itu juga memaksa individu. Siswa dipaksa oleh suatu aturan tentang mengenakan seragam sekolah yang berlaku secara umum bagi siswa-siswi yang bersekolah. Contoh lain adalah dalam perkuliahan terdapat aturan tentang absen. Dengan demikian mahasiswa dipaksa oleh aturan tentang absen tersebut sehingga ia harus menghadiri kuliah.
Fakta sosial kemudian oleh Durkheim dibagi menjadi dua tipe, yaitu fakta sosial material dan fakta sosial nonmaterial. Fakta sosial material merupakan fakta sosial yang dapat diobservasi atau diamati langsung. Contohnya adalah berbagai bentuk teknologi, bentuk arsitektur sebuah gedung, hukum atau perundang-undangan, dan lain sebagainya. Sedangkan fakta sosial nonmaterial contohnya meliputi budaya, norma, dan nilai. Jenisnya meliputi moralitas, kesadaran kolektif, representasi kolektif, dan aliran sosial.
c.    Pemikiran Emile Durkheim Tentang Solidaritas Sosial
 Dalam karyanya yang berjudul The Division Labor in Society Durkheim menuangkan ide dan pemikirannya tentang pembagian kerja masyarakat. Durkheim tertarik dengan perubahan yang terjadi di masyarakat dalam hal pembagian kerja yang berdampak bagi struktur sosial masyarakat serta pengaruh pembagian kerja terhadap perubahan solidaritas sosial.
Durkheim membagi solidaritas sosial menjadi dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik ditandai dengan rendahnya pembagian kerja, individualisme, interdependensi. Selain itu, karena kuatnya kesadaran kolektif, hukum yang dominan adalah hukum represif, sifatnya primitif, komunitas terlibat dalam menghukum penyimpang, dan pentingnya konsensus terhadap pola-pola normatif.
Solidaritas organik sebaliknya ditandai dengan tingginya pembagian kerja, individualisme, interdependensi. Juga karena lemahnya kesadaran kolektif, hukum yang dominan adalah hukum restitutif, sifatnya industrial, komunitas tidak terlibat dalam menghukum penyimpang melainkan melibatkan badan kontrol sosial, dan pentingnya konsensus terhadap nilai-nilai abstrak dan umum.
Sekarang kita sedang berada pada masa transisi yaitu suatu masa yang berada diantara solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Dalam masa transisi dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan penduduk, modernisasi, dan lain-lain.
d.    Pemikiran Durkheim tentang Bunuh Diri
Pemikiran Durkheim tentang bunuh diri terdapat dalam karyanya yang berjudul Suicide. Durkheim menggunakan data kuantitatif yaitu angka bunuh diri (suicide rate). Ia tidak melihat bunuh diri individu atau alasan mengapa individu melakukan bunuh diri karena hal tersebut merupakan bagian psikologi, tetapi ia melihat angka bunuh diri suatu kelompok dalam masyarakat . Durkheim mencoba menjelaskan angka bunuh diri suatu kelompok masyarakat yang berbeda dengan angka bunuh diri kelompok masyarakat yang lain, mengapa di satu sisi bisa lebih tinggi atau lebih rendah. Kemudian ia membedakan bunuh diri menjadi empat tipe yaitu bunuh diri egoistis, bunuh diri altruistis, bunuh diri anomik, dan bunuh diri fatalistis.
Bunuh diri egoistis disebabkan oleh lemahnya integrasi sosial. Biasanya terjadi pada masyarakat dimana individu-individu didalamnya tidak dapat berhubungan dengan baik. Contohnya seperti angka bunuh diri orang-orang yang tidak mempunyai keluarga atau belum berkeluarga lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang-orang yang mempunyai keluarga. Hal tersebut dikarenakan integrasinya dalam keluarga lemah atau kurang. Di bidang agama, orang-orang protestan memiliki angka bunuh diri yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang-orang penganut agama katolik. Hal tersebut disebabkan karena didalam ajaran agama protestan lebih memperhatikan keimanan individual sehingga tingkat integrasinya rendah.
Berbeda dengan bunuh diri egoistis, bunuh diri  altruistis justru merupakan bunuh diri yang disebabkan karena tingkat integrasi yang begitu kuat. Misalnya dalam suatu kelompok yang memiliki integrasi yang kuat, maka individu-individu dalam kelompok tersebut rela mati bunuh diri. Mereka terpaksa bunuh diri karena mereka menganggap itu adalah tugas mereka sebagai pengikut kelompok tersebut. Contohnya mati syahid. Bunuh diri altruistis dibedakan menjadi dua yaitu pertama, obligatory yaitu bunuh diri yang didasarkan pada keyakinan bahwa bunuh diri itu bukanlah suatu hak akan tetapi suatu kewajiban. Contohnya adalah ketika suami meninggal maka sang istri bunuh diri bersamaan dengan kematian suaminya tersebut.  Kedua, optional yaitu bunuh diri yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan, contohnya dalam masyarakat Jepang terdapat upacara bunuh diri Seppuku yang lebih dikenal dengan istilah Harakiri. Di Jepang Harakiri membudaya dan sah-sah saja dilakukan. Selain harakiri di Jepang, di Indonesia tepatnya di Madura terdapat suatu adat atau tradisi yang disebut Carok. Carok merupakan tradisi orang Madura dalam mempertahankan harga diri dengan cara bertarung. Alat yang digunakan adalah clurit.
Kemudian bunuh diri anomik, yaitu bunuh diri yang disebabkan karena lemahnya norma dan kontrol dalam masyarakat atau dengan kata lain disebabkan ketidakjelasan atau rendahnya regulasi. Contohnya ketika terjadi krisis dibidang ekonomi. Tipe bunuh diri yang terakhir yaitu bunuh diri fatalistis yang justru disebabkan karena regulasi yang kuat, norma yang mengatur terlalu kuat sehingga menimbulkan rasa tertekan karena disiplin yang ketat. Contohnya terjadi pada budak.
e.    Pemikiran Durkheim dalam The Elementary Forms of the Religious Life
Masyarakat (melalui individu) menciptakan agama dengan mendefinisikan fenomena tertentu sebagai sesuatu yang sakral sementara yang lain sebagai profan (Ritzer, 2008:104).
Dalam The Elementary Forms of the Religious Life, pemikiran Durkheim sangat berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Jika dalam karya-karya sebelumnya Durkheim menekankan pada fakta sosial, dalam karyanya yang satu ini pemikirannya bergeser. Ia mengemukakan bahwa kontrol berasal dari individu karena individulah yang menciptakan fakta sosial.Dalam karyanya ini, tertuang pemikiran Durkheim tentang sosiologi agama. Menurutnya, agama bisa dikaji oleh sosiolog dengan cara yang baru, yaitu sebagai fakta sosial.

MAX WEBER



Max Weber merupakan salah satu sosiolog asal Jerman dimana pemikiran sosiologinya lahir dalam keadaan dan kondisi sosial politik Jerman yang sedang mengalami masa peralihan atau masa transisi. Pada masa transisi tersebut, pada umumnya keadaan belum stabil yaitu karena di Jerman masyarakatnya yang pada mulanya berlatar belakang agraris mengalami transisi dan beralih menjadi masyarakat yang berlatar belakang industri atau perkotaan. Keadaan tersebut tentu membuat pemikiran masyarakatpun berubah baik di bidang politik maupun ekonomi. Sama halnya dengan Auguste Comte, Weber juga seorang positivis. Selain Comte, Karl Marx juga turut mempengaruhi pemikiran Weber.
Max Weber mengemukakan suatu metode penelitian yang spesifik yaitu verstehen. Bagi Weber, verstehen melibatkan penelitian sistematis dan tidak hanya sekedar merasakan teks atau fenomena sosial. Verstehen lebih dengan empati. Intrepretatif understanding yaitu menggunakan cara berfikir orang lain. Pemikiran Weber yang lain adalah tentang tindakan sosial. Menurutnya, tindakan sosial adalah suatu tindakan yang memiliki arti subyektif bagi individu dan diarahkan kepada orang lain. Kemudian ia membagi tindakan sosial tersebut menjadi empat macam yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Rasionalitas instrumental adalah tindakan sosial yang mempertimbangkan atau menyesuaikan antara cara yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai. Contohnya, jika seorang mahasiswa ingin memperoleh nilai dan Indeks Prestasi yang bagus maka ia harus belajar, aktif dalam kelas, rajin mengerjakan tugas, dan lain-lain. Rasionalitas yang berorientasi nilai adalah tindakan sosial yang rasional namun orientasinya adalah nilai contohnya adalah umat muslim yang melaksanakan puasa, menunaikan ibadah haji, dan lain sebagainya. Kemudian tindakan afektif merupakan tindakan yang didasari afeksi atau perasaan dan emosi tanpa perhitungan dan pertimbangan contohnya ketika seseorang sedang marah. Sedangkan tindakan tradisional adalah suatu tindakan yang timbul dan dilakukan atas dasar kebiasaan, tradisi yang turun temurun contohnya adat istiadat Jawa, tradisi mitoni, dan lain sebagainya.
Pandangan Weber dalam melihat realitas sosial berbeda dengan pandangan Durkheim. Durkheim mengabaikan arti-arti subyektif, sedangkan menurut Weber arti subyektif tersebut penting. Weberpun berbeda pandangan dengan Marx mengenai kapitalisme dan iapun menentang teori monokausalitas yang dikemukakan oleh Marx. Dalam teori monokausalitas, Marx berpendapat bahwa ekonomi adalah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat sedangkan menurut Weber tidak hanya ekonomi yang mempengaruhi tetapi juga sosial dan politik. Bagi Weber, kapitalisme sangat rasional, sosialisme yang bertujuan agar kaum proletar berkuasa akhirnya melakukan birokratisasi.
Dalam karyanya yang terkenal yaitu The Protestan Ethic and Spirit of Capitalism, Weber mengemukakan bahwa etika protestan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kapitalis. Etika protestan yang menekankan kehidupan di dunia (inner-worldly asceticism) berbeda dengan etika katolik yang outer-worldly asceticism yang menekankan kehidupan setelah di dunia atau dengan kata lain dunia setelah kematian. Profesional yang tinggi (etos kerja) berada dalam semangat kapitalisme dan etika protestan. Ukuran sukses di dunia juga merupakan ukuran sukses di akhirat. Inilah yang mendorong meningkatnya kapitalisme sehingga etika protestan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kapitalis.