Rabu, 28 Mei 2014

SOSIOLOGI AGAMA



ANALISIS FILM “?”
Film mampu menggambarkan berbagai cerita dan berbagai masalah-masalah sosial seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Film “?” karya Hanung Bramantyo yang tayang tahun 2011 lalu ini mencoba menampilkan tentang makna toleransi dalam beragama dan bagaimana masyarakat menghadapi perbedaan. Film ini berlatar di Semarang, menceritakan kehidupan sosial yang penuh dengan keanekaragaman dan perbedaan lengkap dengan konflik-konflik yang beragam pula.
Indonesia sebagai negara megabiodiversitas adalah negara yang penuh keanekaragaman. Rakyatnya yang beragam, multikultur, bersuku-suku, semakin menambah keindahan kekayaan Indonesia bukan dari segi alam saja tapi juga kebudayaannya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menyatakan meskipun masyarakat Indonesia terkotak-kotak dalam perbedaan tetapi ada satu yang akan tetap menyatukan perbedaan tersebut yaitu Indonesia.
Film “?” memiliki pesan yang ingin disampaikan yaitu tentang toleransi, indahnya perbedaan, dan pentingnya hidup rukun dalam keberagaman. Akan tetapi, perbedaan juga dapat memicu konflik. Aliran teori konflik memandang konflik sosial sebagai suatu kekuatan sosial dari perkembangan masyarakat yang menginginkan kemajuan. Dalam film “?” dipenuhi konflik-konflik sosial dan agama seperti karena perbedaan etnis atau ras dan agama. Dalam sebuah adegan dimana tokoh Hendra, seorang keturunan Cina berpapasan dengan remaja masjid timbullah konflik yang pangkal sebenarnya adalah perbedaan ras dan agama, konflik tersebut dilerai oleh seorang ustadz. Pesan toleransi yang disampaikan adalah berbuat adil, tidak berat sebelah, dan tidak memihak Hendra ataupun remaja masjid.
Konflik dalam film “?” dibalut juga dengan konflik pribadi contohnya saat Hendra dan Soleh berkelahi. Selain berbeda etnis dan agama, Hendra dan Soleh berkelahi karena adanya rasa cemburu karena Menuk (istri Soleh) adalah mantan kekasih Hendra. Hendra sendiri masih belum menerima jika Menuk menjadi istri Soleh. Konflik dalam keluarga juga terjadi pada Soleh dan Menuk, Soleh sebagai kepala keluarga menjadi pengangguran, Menuklah yang bekerja di restoran. Konflik lain saat Soleh dan warga yang lain merusak restoran yang buka di hari lebaran kedua dan menyebabkan pemilik restoran meninggal. Konflik batin juga dialami tokoh Surya sebagai pemain figuran, ia sebagai seorang muslim harus berperan sebagai Yesus dan Santa, namun ia menjunjung tinggi profesionalitas dan tetap memegang teguh imannya saat bermain. Konflik-konflik yang terjadi dapat menimbulkan perubahan contohnya Hendra yang menjadi muallaf dan memperbarui restoran ayahnya dengan mengganti nama Canton menjadi Barokah serta ditambah kata halal.
Sikap toleransi yang luar biasa tergambar juga dari Tan Kat Sun, seorang konghucu pemilik restoran Canton Chinese Food yang mempekerjakan pegawai islam dan sangat menghormati dengan cara membedakan peralatan masak untuk masakan yang halal dan tidak halal bagi umat islam. Ia bahkan mengingatkan pekerjanya untuk sholat, menutup tirai restoran dan tidak berjualan babi saat bulan puasa, serta memberikan libur yang cukup saat hari raya idul fitri bagi para pekerjanya.
Rika yang dipoligami oleh suaminya dan memilih menjadi janda serta anaknya Abi, meskipun Rika murtad, namun ia tetap memberikan kebebasan kepada anaknya untuk tetap memeluk islam, Rika juga membagi-bagikan bantuan kepada anak yatim dalam acara khataman Qur’an Abi. Orang tua Rikapun datang menampilkan sikap menerima. Selain itu, terdapat Banser NU (Nahdatul Ulama) sebuah ormas islam terbesar dimana mereka menjaga gereja saat perayaan paskah atau Jum’at agung dan natal. Soleh yang menjadi anggota Banser Nu juga rela mati dengan membawa keluar bom yang ditaruh di dalam gereja.
            Film “?” menuai pujian karena memberikan suatu pelajaran tentang bagaimana kita bersikap dalam masyarakat yang penuh perbedaan dan penggambaran semangat Bhinneka Tunggal Ika yang luar biasa. Tidak sedikit yang kontra dengan mengatakan aroma pluralisme agama sangat menyengat dalam film ini, penggambaran sikap toleransi juga menuai berbagai kritikan. Sikap-sikap toleransi yang positif sudah baik, namun dianggap ada yang kurang memperhatikan aturan agama. Contohnya saat Surya menjadi Santa dan berperan sebagai Yesus yang sebenarnya ia adalah seorang muslim. Terdapat aturan dalam agama islam bahwa seorang muslim dilarang menyerupai umat agama lain, baik bergaya, bertindak, atau beradegan menyerupai hal-hal yang berhubungan dengan agama lain. Selain itu, tindakan Rika yang murtad, terdapat ungkapan seolah Rika merasa bangga karena pindah agama sehingga muncul wacana bahwa adegan ini telah mencederai ajaran agama.
            Terlepas dari kritikan-kritikan yang muncul, film “?” adalah film yang menarik. Film ini mampu menggambarkan kehidupan sosial di masyarakat Indonesia sesungguhnya. Adegan-adegan didalamnya mengandung pesan moral dan sarat akan makna toleransi. Digambarkan bahwa dengan toleransi kehidupan antar agama dan etnis akan tercipta kedamaian, namun ketidaktoleran dapat meluluhlantahkan kedamaian tersebut.
Nilai dari sebuah perbedaan adalah sangat berharga. Berbeda bukanlah sesuatu yang salah, berbeda bukanlah sesuatu yang haram, namun berbeda bukan berarti dibeda-bedakan. Kita sebenarnya sedang ditantang untuk dapat bersikap dan berfikir dewasa dalam hidup di tengah masyarakat yang plural, masyarakat yang penuh perbedaan. Perbedaan harus dihargai namun harus dijaga dalam masyarakat Indonesia yang beragam dan hidup berdampingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar