Rabu, 28 Mei 2014

Emile Durkheim : Sosiolog Moralitas



FENOMENA BUNUH DIRI DAN PENDIDIKAN MORAL DALAM KACA MATA SEORANG SOSIOLOG MORALITAS EMILE DURKHEIM
            Bunuh diri (Suicide) merupakan karya Durkheim yang sangat terkenal. Karya Durkheim yang satu ini berisi tentang studi Durkheim terhadap suatu fenomena yang bukanlah hal baru dalam masyarakat yaitu bunuh diri. Suicide berhasil menunjukkan kekuatan dan eksistensi dari disiplin sosiologi. Durkheim juga mampu menjelaskan fenomena bunuh diri serta mematahkan berbagai perspektif ilmu alam (natural science) dalam mengungkap masalah-masalah sosial seperti bunuh diri.
            Saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai moral dalam masyarakat. Lantas kasus bom bunuh diri yang marak terjadi di Indonesia dengan mengatasnamakan agama dan jihad, serta harakiri dan kasus pelajar yang bunuh diri karena terlalu dikekang orang tua, apakah disebabkan karena faktor psikologis, faktor biologis, atau sebab lainnya serta bagaimana upaya seharusnya dilakukan untuk menjaga kesehatan moral masyarakat. Disinilah Durkheim memperlihatkan kekuatan disiplin sosiologi dalam menganalisi fenomena bunuh diri yang marak terjadi di masyarakat.
            Menurut perspektif psikologis, seseorang melakukan bunuh diri karena banyak hal menyangkut mental atau psikis orang tersebut. Misalnya karena stres atau depresi atau frustasi, sakit jiwa, dan idiot. Bunuh diri tidak akan dilakukan oleh orang yang sehat jiwanya. Sedangkan menurut perspektif biologis, bunuh diri dianggap fenomena yang berhubungan dengan turun temurunnya gen, sehingga membawa kecenderungan bunuh diri tersebut. Durkheim mematahkan satu persatu berbagai pendapat atau faktor-faktor alamiah dengan cara menganalisis fenomena bunuh diri tersebut dengan pendekatan fakta sosial. Penelitian Emile Durkheim tentang fakta sosial dalam hal suicide rate ini terkenal dan begitu memperlihatkan eksistensi dan kekuatan sosiologi dalam mengkaji berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud pendekatan fakta sosial yang digunakan oleh Durkheim dalam menggempur berbagai perspektif seperti psikologis dan biologis.
Fakta Sosial
            Terlebih dahulu kita mengenal dan memahami mengenai fakta sosial yang dikemukakan oleh sang sosiolog moralitas, Emile Durkheim. Pemikiran Durkheim mengenai fakta sosial tertuang dalam The Rules of Sociological Method. Menurut Durkheim, fakta sosial adalah kebiasaan-kebiasaan dalam bertindak dan berfikir, serta merasakan yang berasal dari masayarakat. Dari pengertian inilah terlihat bahwa Durkheim memiliki pandangan yang berbeda dimana umumnya masyarakat dalam melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh individu. Tetapi Durkheim lebih mengutamakan sosial daripada individu. Fakta sosial sendiri memiliki sifat atau karakteristik tertentu. Fakta sosial haruslah bersifat eksternal bukan dorongan internal pada individu artinya berada di luar individu, umum, dan memaksa individu sehingga individu terlepas dari kemauan-kemauannya sendiri.
            Contoh fakta sosial dalam kehidupan sehari-hari misalnya semua siswa dan siswi dalam sekolah harus memakai seragam, datang ke sekolah tepat waktu, absen. Hal-hal tersebut terdapat dalam aturan dan tata tertib sekolah, yang jika dilanggar akan mendapatkan sanksi tertentu. Dari contoh tersebut terlihat bahwa aturan tentang memakai seragam, absen, datang tepat waktu berasal dari luar individu yaitu berasal dari aturan di sekolah. Aturan tersebut memaksa individu yaitu siswa. Dengan adanya aturan tersebut, maka siswa dan siswi di sekolah dipaksa untuk mengikuti aturan tentang memakai seragam, absen, datang tepat waktu karena jika hal tersebut dilanggar akan ada sanksi tersendiri. Dengan adanya absen, siswa dan siswi juga dipaksa untuk menghadiri kegiatan belajar mengajar. Aturan-aturan tersebut berlaku umum bagi siswa siswi yang bersekolah.
            Durkheim membagi fakta sosial menjadi fakta sosial material dan nonmaterial. Fakta sosial material adalah sesuatu yang dapat disimak atau diamati secara langsung. Contohnya adalah bentuk teknologi, hukum, dan perundang-undangan. Hukum atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat, memiliki tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Misalnya terdapat sebuah aturan atau undang-undang menyebutkan bahwa setiap pengguna sepeda motor diwajibkan memakai helm yang memenuhi standar. Hal tersebut memiliki tujuan agar terciptanya masyarakat yang aman dan tertib dalam berlalu lintas. Aturan tersebut berlaku umum bagi siapa saja yang berkendara menggunakan sepeda motor, berasal dari luar individu yaitu dari sebuah undang-undang  yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan memaksa individu dimana akan ada sanksi bagi yang melanggar.
            Fakta sosial nonmaterial sendiri adalah sesuatu atau fenomena yang muncul dari dalam kesadaran manusia. Dalam fakta sosial material sering mencerminkan kekuatan moral yang disebut dengan fakta sosial nonmaterial. Contoh fakta sosial nonmaterial adalah norma, nilai, budaya atau kultur. Individu tidak bisa bertindak semau mereka sendiri karena terdapat norma yang mengatur tentang cara berperilaku yang diajarkan oleh orang tua, atau sekolah. Nilai sendiri merupakan sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam masyarakat, sifatnya abstrak. Misalnya, mencontek dianggap buruk sedangkan jujur dianggap baik.
Bunuh diri
            Studi Durkheim tentang bunuh diri dalam Suicide adalah usaha Durkheim untuk menjelaskan fenomena bunuh diri dalam masyarakat menggunakan data kuantitatif yaitu dengan suicide rate. Bukan alasan mengapa individu melakukan bunuh diri, melainkan mengapa angka bunuh diri dari satu masyarakat berbeda (lebih tinggi atau lebih rendah) bila dibandingkan dengan masyarakat yang lain. Iapun membedakan bunuh diri menjadi empat tipe yaitu bunuh diri egoistis, bunuh diri altruistis, bunuh diri anomik, dan bunuh diri fatalistis.
            Bunuh diri egoistis adalah bunuh diri yang disebabkan karena integrasi yang rendah dimana masyarakat yang didalamnya terdapat individu yang tidak berhubungan baik. Contohnya angka bunuh diri orang yang tidak memiliki atau belum berkeluarga lebih tinggi dibanding mereka yang memiliki keluarga. Mereka yang tinggal sendiri, mereka yang berpisah atau bercerai memiliki kemungkinan melakukan bunuh diri dikarenakan kurangnya integrasi dalam keluarga. Sedangkan dalam bidang agama, kaum protestan memiliki angka bunuh diri yang lebih tinggi dibanding dengan orang-orang penganut katholik. Hal tersebut terjadi karena ajaran agama protestan lebih menitikberatkan keimanan individual, sehingga tingkat integrasinyapun rendah.
            Bunuh diri yang kedua adalah bunuh diri altruistis. Bunuh diri altruistis merupakan kebalikan dari bunuh diri egositis dimana bunuh diri terjadi karena integrasi yang kuat atau tinggi. Contohnya para teroris yang melakukan bom bunuh diri dimana mereka tergabung dalam suatu kelompok yang integrasinya kuat sehingga individu-individu didalamnya rela mati bunuh diri. Mereka menganggap bunuh diri adalah tugas mereka sebagai pengikut kelompok tersebut tujuannya adalah demi kebaikan yang lebih besar.
            Bunuh diri altruistis dibedakan menjadi dua yaitu obligatory dan optional. Obligatory adalah bunuh diri yang terjadi karena seseorang berkeyakinan bahwa bunuh diri merupakan suatu kewajiban. Contohnya pada masyarakat India Kuno terdapat suatu tradisi yang disebut Suttee dimana seorang istri membakar diri ke dalam api pembakaran jenazah suaminya. Hal tersebut dianggap sudah kewajiban seorang istri terhadap suaminya yang berarti integrasi antara keduanya adalah tinggi atau kuat. Sedangkan optional merupakan bunuh diri yang bertujuan untuk memperoleh penghargaan. Contohnya pada masyarakat Jepang dimana terdapat suatu tradisi yaitu harakiri atau di Jepang dikenal dengan istilan Seppuku. Harakiri dilakukan misalnya oleh seorang samurai atau militer yang dianggap gagal dalam menjalankan tugasnya, atau saat mereka tertangkap musuh karena mereka beranggapan bahwa lebih baik mati bunuh diri daripada ditangkap dan disiksa oleh musuh. Harakiri dianggap terhormat karena mereka yang melakukan harakiri berarti mereka memiliki keberanian yang luar biasa. Alasan lain seseorang melakukan harakiri adalah tidak bisa menahan malu baik karena tidak bisa menjalankan tugas dengan baik maupun malu karena memang telah melakukan suatu kesalahan atau pelanggaran. Di Indonesia terdapat tradisi Carok yang merupakan tradisi orang Madura dalam mempertahankan kehormatan atau harga diri dengan cara bertarung menggunakan senjata yaitu celurit. Carok bisa dipicu karena perebutan kekuasaan, konflik turun menurun, perselingkuhan, perebutan tanah, dendam, dan lain sebagainya.
            Selanjutnya adalah bunuh diri anomik. Bunuh diri anomik disebabkan karena regulasi yang rendah atau tidak jelas. Norma dan kontrol dalam masyarakat lemah, misalnya saat terjadi krisis di bidang ekonomi. Krisis di bidang ekonomi berarti terjadi sebuah perubahan sosial yang cukup drastis mengakibatkan lemahnya atau tidak jelasnya norma-norma yang mengatur dalam masyarakat. Individu bunuh diri karena tidak bisa menghadapi perubahan yang drastis tersebut selain itu faktor lingkungan yang penuh dengan tekanan menjadikan individu stres, depresi, atau frustasi yang dapat mendorongnya untuk melakukan bunuh diri.
            Tipe bunuh diri yang terakhir adalah bunuh diri fatalistis. Bunuh diri fatalistis merupakan kebalikan dari bunuh diri anomik yaitu justru disebabkan karena norma yang mengatur terlalu kuat (regulasi terlampau kuat). Contohnya terjadi pada budak yang bunuh diri karena hidupnya dikekang dan diatur oleh majikannya. Contoh lain adalah kasus seorang anak yang bunuh diri karena disiplin yang ketat dan aturan yang begitu mengekang dari orang tua yang terlalu mengontrol atau over protective. Misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk menjadi anak yang pintar atau terbaik di sekolahnya sehingga anaknya diperintahkan untuk belajar dan belajar, dilarang bermain, mengikuti les-les, semua kegiatannya diatur oleh orang tuanya dan anak harus menuruti apa yang diinginkan orang tuanya. Keinginan orang tuanya mungkin berseberangan dengan keinginan sang anak, dan ketika sang anak terpaksa mengikuti aturan orang tuanya bisa jadi dia tidak siap atau tidak mampu menjalankan apa yang diperintahkan orang tuanya.
            Berdasarkan penjelasan diatas, Durkheim dengan fakta sosialnya berhasil mematahkan perspektif atau pandangan baik psikologis maupun biologis dengan menggunakan pendekatan fakta sosial. Dalam perspektif psikologis menyebutkan bahwa seseorang yang bunuh diri disebabkan oleh keadaan orang tersebut yang sakit jiwa, stres, dan idiot. Akan tetapi, menurut Durkheim indikasi kegilaan dan stress lebih disebabkan karena integrasi individu dengan kelompok atau komunitasnya yang lemah. Individu merasa bahwa dia bukanlah bagian dari masyarakat. Sedangkan, faktor biologis menyebutkan bahwa bunuh diri terkait dengan turun-temurunnya gen, yang membawa kecendrungan bunuh diri tersebut. Sebagai contoh di Jerman yang dianggap memiliki angka bunuh diri yang tinggi. Durkheim memiliki cara pandang yang berbeda bahwa penyebab bunuh diri di Jerman lebih karena faktor yang terdapat dalam kehidupan sosial seperti agama, status sosial, masyarakat rural urban, dan lain-lain. Dengan demikian, jelaslah bahwa baik kasus bom bunuh diri (bunuh diri altruitik) maupun harakiri (bunuh diri altruistik, optional) bukanlah disebabkan faktor psikologis atau biologis, melainkan karena ada faktor dalam kehidupan sosial yaitu karena integrasi dalam kelompok yang terlampau kuat atau integrasi kuat. Serta pelajar yang bunuh diri karena orang tua yang over protective disebabkan karena regulasi yang terlampau kuat. Durkheim dengan kecermelangannya mampu menunjukkan betapa sosiologi memiliki kekuatan dan eksistensi.
Moral Education
            Seperti telah diketahui bahwa saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai moral dalam masyarakat. Kasus bunuh diri menjadi marak baik dilakukan orang tua, muda, kaya miskin, pelajar, dan lain sebagainya. Kacaunya tatanan sosial yang cenderung tanpa moralitas, yang mendorong seseorang menjadikan bunuh diri sebagai pilihan terbaik. Durkheim adalah seorang sosiolog yang menempatkan moralitas sebagai kajian utama dalam hidupnya. Menurut Durkheim, moralitas haruslah dilihat sebagai suatu fakta sosial yang kehadirannya terlepas dari keinginan-keinginan individu atau subyektif. Ia menekankan pendidikan moral sebagai upaya membentuk pribadi yang bermoral dan pendidikan dalam hal ini sekolah dianggap sebagai jalur yang tepat dalam membentuk pribadi-pribadi yang dididik agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Durkheim menerapkan program pendidikan moral pada anak-anak dengan pengajaran disiplin, keterikatan dengan masyarakat, dan kemandirian.
Pendidikan moral diberikan di lembaga pendidikan contohnya di sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang penting bagi perkembangan moral anak. Di sekolah seorang anak di beri pendidikan moral misalnya melalui penanaman disiplin. Di sekolah terdapat sejumlah tata tertib dan peraturan, individu akan menyadari bahwa ia diwajibkan untuk mematuhi tata tertib dan aturan tersebut. Pendidikan moral dalam sekolah juga dilakukan misalnya dengan adanya pendidikan moral Pancasila atau pendidikan kewarganegaraan. Pancasila sebagai pedoman hidup serta dasar negara dijadikan dasar penentu pendidikan moral di Indonesia. Untuk itu diharapkan setiap individu baik sikap dan perilakunya harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut. Prose internalisasi nilai-nilai pancasila dapat ditempuh lewat jalan pendidikan sebagai sarana mewujudkan pribadi yang dijiwai nilai-nilai luhur pancasila.
Ada juga pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran dalam sekolah yang memiliki visi utama yaitu pendidikan nilai demokrasi, pendidikan sosial, pendidikan moral, dan pendidikan politik. Dan yang dianggap paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Nilai-nilai itu tentunya bukan hanya untuk diketahui, dimengerti, difahami dan dihayati akan tetapi juga harus dilaksanakan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar