Indonesia sebagai negara megabiodiversitas merupakan
negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Secara ekonomis, daerah
pedesaan Indonesia merupakan wilayah yang cukup potensial dan memiliki peranan
penting dalam perekonomian nasional. Akan
tetapi, banyak dari masyarakat yang berasal dari pedesaan hijrah ke perkotaan
karena mereka menganggap pembangunan desa dengan pembangunan di kota tidak
seimbang dan kota dianggap menyediakan sejumlah peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan. Untuk itu diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan perekonomian desa serta membangun masyarakat
desa sehingga masyarakat menjadi lebih berdaya.
Yang dimaksud dengan pedesaan disini adalah lebih luas
dari pengertian desa dengan batas administratif. Pedesaan adalah perwilayahan
dimana terdapat didalamnya desa-desa administratif, kota kecamatan dan kota
kecil yang sedang bertumbuh menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi rakyat dan
sebagai pusat suplai kebutuhan-kebutuhan
ekonomi dan produksi rakyat.
Membahas
masalah pedesaan erat kaitannya dengan masalah keterpencilan, akses, jauh atau
dekat dengan kota-kota industri, ada tidaknya pusat-pusat pengumpul komoditi
pertanian dari pedesaan tertentu, pasar, lokasi industri, wilayah-wilayah
komoditi pertanian dan sebagainya. Dengan pertimbangan bahwa desa-desa di
Indonesia masih banyak yang bersifat agraris atau pertanian, maka industri yang mudah berkembang di pedesaan dan dapat
memenuhi kebutuhan ekonomis masyarakat adalah jenis industri yang dapat
memproses hasil-hasil pertanian.
Lanjutan
dari pembangunan pertanian adalah pembangunan agroindustri. Kemudian diikuti
dengan pembangunan industri. Dalam upaya pembangunan masyarakat desa serta
untuk menopang perekonomian desa, maka perlu dikembangkan agroindustri yang
berkelanjutan.
Istilah
“kakao” sendiri merujuk pada bahan
tanaman, tanamannya, buah, dan biji, sedangkan bagi produk yang siap dipakai
istilah tersebut menjadi “cokelat”. Kakao
sendiri bukanlah tanaman asli dari Indonesia, melainkan berasal dari Benua
Amerika pada bagian yang mempunyai iklim tropis. Produk olahan kakao yang
terkenal adalah cokelat. Cokelat
adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji
kakao
(Theobroma cacao). Kakao
merupakan bahan dasar makanan yang paling disukai orang-orang di dunia yaitu
cokelat. Indonesia sendiri sekarang berada pada peringkat ketiga sebagai
produsen kakao terbesar dunia dibawah Pantai Gading dan Ghana.
Industri kakao dalam negeri sering mengalami
pasang surut dan tak lepas dari masalah. Mengingat kakao juga mudah terserang
hama. Produksi kakao sebagai bahan baku cokelat tidak stabil lantaran perubahan
iklim, ketidakstabilan politik, hama, dan penyakit sehingga potensi Indonesia
untuk menggeser Pantai Gading dan Ghana sebagai produsen kakao terbesar
duniapun menjadi semakin sulit. Pasang surut industri kakao dapat mempengaruhi
perekonomian nasional, kehidupan para petani, dan lain sebagainya. Untuk itu,
diperlukan usaha dan peran serta dari petani kakao, pemerintah, dan masyarakat
agar niat Indonesia untuk menjadi Raja Kakao dunia dapat segera terlaksana.
A. Pengertian
Agroindustri dan Agroindustri yang Berkelanjutan
1. Agroindustri
Agroindustri adalah
fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan
tersebut memulai ke tahapan pembangunan industri. Dengan kata lain adalah
setelah pembangunan pertanian ada pembangunan agroindustri dan setelah
pembangunan agroindustri ada pembangunan industri.
Soekartiwi (2005 : 9)
mengemukakan bahwa pengertian agroindustri adalah bagian dari enam subsistem
agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran,
sarana dan pembinaan. Jadi, agroindustri merupakan bagian dari agribisnis dan
dianggap sebagai leading sector dari
agribisnis.
Agroindustri dapat
diartikan dua hal. Pertama, agroindustri adalah industri yang bahan baku utamanya
adalah produk pertanian. Kedua, agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan
sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian.
2. Agroindustri
yang Berkelanjutan
Kata berkelanjutan (sustainable) memiliki arti yaitu
berkesinambungan atau berlangsung terus menerus. Maka, agroindustri yang
berkelanjutan (sustainable agroindustrial)
adalah agroindustri yang mendasarkan diri pada konsep keberlanjutan, dimana
agroindustri yang dimaksudkan dibangun dan dikembangkan dengan memerhatikan
aspek-aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam. Semua teknologi yang
digunakan serta kelembagaan yang terlibat dalam proses tersebut diarahkan untuk
memenuhi kepentingan manusia di masa sekarang serta masa yang akan datang.
Jadi, teknologi yang digunakan sesuai dengan daya dukung sumber daya alam,
tidak ada degradasi lingkungan, serta ekonomi menguntungkan dan secara sosial
diterima oleh masyarakat.
Ciri dari agroindustri
yang berkelanjutan antara lain :
a. Produktivitas
dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif
lama sehingga memnuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang atau masa mendatang.
b. Sumber
daya alam khususnya sumber daya pertanian yang menghasilkan bahan baku
agroindustri dapat dipelihara dengan baik dan bahkan terus ditingkatkan karena
keberlanjutan agroindustri tersebut sangat tergantung dari tersedianya bahan
baku.
c. Dampak
negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan adanya agroindustri dapat
diminimalkan.
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi berhasilnya pembangunan agroindustri yang
berkelanjutan yaitu manajemen stok untuk bahan baku, dinamika permintaan pasar,
industri pesaingnya, dan kualitas sumber daya manusianya.
B. Agroindustri
dalam Pembangunan Masyarakat Desa
1. Agroindustri
sebagai Profesi Baru di Pedesaan
Pertumbuhan
agroindustri akan berakibat terjadinya pemanfaatan dan penanaman tanah-tanah
pertanian secara lebih intensif dan lebih produktif. Dan di Indonesia sendiri,
banyak desa yang memiliki tanah yang dapat dimanfaatkan secara lebih intensif
yaitu bisa melalui penggunaan teknologi modern. Apabila usaha agroindustri
berjalan baik maka diharapkan nilai tambah yang dihasilkan dari hasil pertanian
akan tertinggal di desa, dan akan menambah nilai ekonomis dari kemampuan
produktif masyarakat desa yang bersangkutan.
Dampak positif yang
benar-benar diharapkan dari perkembangan dari perkembangan industrialisasi di
pedesaan, adalah terciptanya peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga yang
potensial atau produktif. Hal ini akan sedikit banyak mengubah mata pencaharian
masyarakat sebagai petani yang tradisional menjadi tenaga yang profesional di
bidang industri. Dengan perubahan ini diperkirakan akan terjadi peningkatan
pendapatan masyarakat.
Suplai tenaga di
pedesaan tidak menjadi masalah serius, karena tenaga kerja tersebut merupakan
penduduk asli dari desa tersebut. Justru yang menjadi masalah adalah kualitas
dan adanya migrasi yang dapat mengurangi jumlah tenaga kerja yang produktif.
Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan jalan menciptakan taraf hidup yang
lebih baik di desa yang bersangkutan.
Agroindustri sendiri
diharapkan dapat menyerap tenaga dari para petani kecil yang umunya memiliki
areal tanah yang sangat terbatas. Agroindustri diharapkan dapat membantu para
petani dalam meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki kondisi ekonominya, dan
dapat memberikan kesempatan kerja pada anggota keluarganya yang dapat berperan
sebagai tenaga kerja yang produktif.
Salah satu hambatan
penting adalah keterampilan tertentu pada masyarakat desa yang kurang dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Hambatan ini dapat diatasi dengan adanya
kegiatan pembinaan informasi dan usaha-usaha memperkenalkan keahlian dan
keterampilan baru, atau melalui proses training
yang diberikan kepada mereka yang potensial. Kegiatan tersebut harus
dilaksanakan secara optimal dan semaksimal mungkin agar masyarakat dapat lebih
berdaya dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri serta mandiri.
2. Agroindustri
dan Potensi Pedesaan
Di pedesaan selain
terdapat potensi sumber daya alam lokal juga terdapat potensi sumber daya
manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga yang produktif dalam sektor
industri mikro atau skala kecil, kerajinan, maupun bidang jasa. Dengan
berkembangnya industri tersebut maka hal ini akan mengurangi jumlah tenaga
produktif yang akan hijrah ke kota di wilayah terdekat sebagai urbanisasi.
Kehidupan di wilayah
industri pedesaan akan sama menariknya dengan kesempatan mendapatkan mata
pencaharian di kota-kota, karena industri yang bertumbuh di desa akan sama
banyak dan ragamnya dengan pertumbuhan kapasitas tenaga kerja di kalangan
masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh industri tersebut. Struktu ekonomi
pedesaan akan lebih meningkat atau berubah dengan adanya pertumbuhan yang
bersandar pada sumber daya alam yang ada atau pelayanan jasa yang dapat
diberikan oleh anggota masyarakat desa yang bersangkutan.
Perekonomian pedesaan
berpeluang menciptakan kesempatan kerja sehingga meningkatkan pendapatan
masyarakat. Tetapi masyarakat desa perlu dilindungi dari kondisi fluktuasi
pasar yang mungkin dapat merugikan investor kecil yang berasal dari desa.
Kegiatan ekonomi harus dilaksanakan dengan tujuan membuat masyarakat menjadi
lebih berdaya dan dapat mengentaskan kemiskinan.
C. Agroindustri
Kakao dan Peranannya dalam Pertanian di Pedesaan
1. Agroindustri
Kakao
Budidaya kakao meliputi
sistem usaha tani, panen dan pasca panen, mutu dan pengawasan mutu. Sistem
usaha tani meliputi habitat tanaman, pohon pelindung, pemeliharaan tanaman,
perbanyakan tanaman, replanting dan
rehabilitasi, gulma, hama, dan penyakit. Sedangkan panen dan pasca panen kakao
komponennya adalah perkembangan tanaman, panen kakao, fermentasi, pengeringan,
penyimpanan, dan mikroorganisme dalam
prosesing. Dalam mutu dan pengawasan mutu terdapat komponen yaitu aroma,
standar mutu kakao internasional, sistem pengawasan mutu, purity, dan karakter fisik.
Biji kakao Indonesia
memiliki keunggulan melting point Cocoa Butter yang tinggi, serta tidak
mengandung pestisida dibanding biji kakao dari Ghana maupun Pantai
Gading. Sebagian besar kakao Indonesia diekspor dan hanya sebagian kecil
yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar
berbentuk biji kering dan hanya sebagian kecil yang berbentuk olahan.
Jika produk kakao yang
diekspor bukan hanya biji kering, tetapi lebih banyak produk olahan kakao maka
akan menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar. Sehingga berdampak pula
pada perbaikan kondisi ekonomi para petani dan masyarakat desa sebagai
penghasil kakao. Berikut adalah perbandingan pengusahaan kakao Indonesia dengan
Afrika dan Amerika Latin.
Tabel 1 perbandingan
pengusahaan kakao Indonesia dengan Afrika dan Amerika Latin
Skala
|
INDONESIA
|
AMERIKA
LATIN&AFRIKA
|
Mikro
|
1. Upah
tenaga kerja lebih murah
2. Harga
pokok produk lebih murah karena upah, bahan bakar, dan unsur biaya produksi
lainnya lebih murah.
|
1. Upah
tenaga kerja lebih mahal
2. Harga
pokok produk lebih mahal karena upah, bahan bakar, dan unsur biaya produksi
lainnya lebih mahal
|
Makro
|
1. Gejolak
iklim tidak besar
2. Infrastruktur
dari daerah produsen ke pelabuhan ekspor lebih bagus
3. Memiliki
sumber devisa nonmigas sehingga prasarana yang disediakan pemerintah cukup
mendukung
|
1. Gejolak
iklim besar
2. Infrastruktur
dari daerah produksi ke pelabuhan ekspor kurang memadai
3. Sumber
devisa nonmigas kurang mendukung sehingga prasarana yang disediakan
pemerintah kurang memadai
|
Sumber : Spillane
(1995)
2. Peranan
Kakao dalam Pertanian di Pedesaan
Industri kakao merupakan
industri yang cukup menjanjikan. Untuk mendukung sektor non migas, komoditas
pertanian yang mempunyai prospek baik terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan
devisa negara tidak bisa hanya mengandalkan sektor migas. Sektor non migaspun
memiliki andil yang cukup besar dalam menambah pemasukan negara.
Khusus
mengenai tanaman kakao, karena adanya sifat-sifat khusus dari budidaya
tersebut, maka dalam kebijaksanaan pengembangannya dilakukan melalui peranan
yang dapat diberikannya yaitu :
a. Komoditas
kakao merupakan komoditas yang harga persatuan bobotnya relatif mahal. Dengan
demikian komoditas tersebut sangat sesuai untuk dikembangkan pada lokasi yang
terpencil, yang transportasinya sulit, sehingga komponen biaya transportasi
merupakan komponen yang relatif kecil dalam pembentukan harga jual di tempat
eksportir. Dengan harga yang relatif mahal tentu dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi di pedesaan melalui sektor pertanian dan turut meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.
b. Kakao
dapat ditanam sebagai campuran di bawah tanaman lainnya. Dengan demikian usaha
tani kakao akan dapat memperkuat usaha tani budidaya lainnya dan sekaligus
peningkatan manfaat dari lahan sebagai sumber daya yang dimiliki oleh petani.
c. Berdasarkan
analisis yang dilakukan, penyerapan tenaga kerja persatuan nilai yang
diinvestasikan cukup tinggi, artinya dengan jumlah dana yang tertentu investasi
untuk budidaya kakao akan menyerap tenaga kerja yang lebih besar dari budidaya
lainnya seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit.
d. Karena
sifat usaha tani kakao yang ditanam secara lebih rapat, apalagi dengan tanaman
pelindung, maka penanaman kakao mempunyai peranan juga di dalam pelestarian
lingkungan.
D. Rancangan
Kakao Berkelanjutan Indonesia
Pada tanggal 9-11 Juli
2012 bertempat di Bogor, Direktorat Mutu dan Standardisasi Dirjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian memfasilitasi rancangan penyusunan kebijakan
Indonesia Sustainable Cocoa/ISCocoa atau kebijakan di bidang kakao
berkelanjutan Indonesia. Dihadiri sejumlah pihak yang berkepentingan dalam
komoditas kakao.
Selain
hambatan-hambatan seperti produksi, distribusi, pengolahan, dan sebagainya ada
hambatan baru yang berasal dari konsumen. Konsumen saat ini lebih selektif dan
rasional dalam memilih produk. Konsumen melihat sebuah produk bukan hanya dari
segi safety atau yang berkualitas,
tetapi juga produk tersebut harus merupakan produk yang diproduksi dan diolah
dengan memerhatikan aspek sosial dan aspek kelestarian lingkungan (sustainable).
Untuk mengahadapi dan
menyelesaikan hambatan baru tersebut maka dibutuhkan kerja sama antara pemangku
kepentingan demi terciptanya keterpaduan pengelolaan sumber daya, program, dan
tindakan dari berbagai pihak yang bergelut dalam bidang pengembangan mutu kakao
berkelanjutan. Yaitu dengan dituangkan dalam suatu kebijakan yang disebut
ISCocoa. Sistem sertifikasi ISCocoa merupakan program sertifikasi yang
menggunakan pendekatan berbasis resiko serta perbaikan terus-menerus guna
meningkatkan dampak positif dari praktek berkelanjutan dalam sistem produksi.
Rancangan regulasi bidang kakao berkelanjutan ini telah sampai pada tahap kedua
dan pembahasan ditekankan pada empat hal yaitu :
1. Prinsip
dan kriteria (standar) Sistem Kakao Indonesia Berkelanjutan ISCocoa
2. Konsep
sistem Sertifikasi Kakao Indonesia Berkelanjutan
3. Pembinaan
dan pengawasan
4. Kelembagaan
ISCocoa
Demi terjaganya keseimbangan kelestarian
keanekaragaman hayati maka kebijakan kakao berkelanjutan dilaksanakan dengan
menerapkan teknologi berwawasan lingkungan. Produksi dan nilai tambah sistem
agribisnis dan agroindustri perkakaoan tidak hanya dinikmati oleh golongan
tertentu tapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
E. Pengolahan
Kakao menjadi Pasta, Lemak, dan Bubuk Cokelat (Dari Produk Primer menjadi
Produk Sekunder)
Proses pengolahan kakao
menjadi produk sekunder melalui berbagai tahapan proses yaitu pembersihan biji
kakao, penyangraian, pemecahan dan pemisahan kulit. Pasta Cokelat atau Cocoa mass merupakan hasil olahan kakao
yaitu biji kering kakao. Biji kering kakao yang semula berbentuk padat diubah
melalui beberapa tahapan proses menjadi berbentuk semicair atau cair. Setiap
ton pasta cokelat membutuhkan 1,20-1,25 ton biji kakao kering. Pasta Cokelat
inilah yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan lemak dan bubuk cokelat
yang terdapat dalam bermacam-macam produk makanan dan minuman cokelat.
Lemak kakao adalah
lemak nabati dimana ia memiliki sifat yang unik yaitu tetap cair pada suhu
dibawah titik bekunya. Sehingga banyak pabrik makanan cokelat menggunakan
teknik tempering khusus dengan
mengubah struktur kristal lemak kakao sedemikian rupa sehingga lemak kakao
tetap padat meskipun sudah mencapai titik lelehnya. Lemak kakao berwarna
putih-kekuningan dan berbau khas cokelat. Dibandingkan dengan lemak kakao asal
Afrika Barat, lemak kakao Indonesia (Sulawesi) mempunyai tingkat kekerasan yang
lebih tinggi.
Bubuk cokelat
dihasilkan dari bungkil inti biji hasil pengempaan yang dihaluskan dengan alat
penghalus kemudian disaring atau diayak. selama proses penghalusan suhu operasi
harus dikontrol agar diperoleh bentuk bubuk yang stabil, baik warnanya maupun
sifat-sifatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Maskun, Sumitro.
1994, Pembangunan Masyarakat Desa (Asas,
Kebijaksanaan, dan Manajemen, Cetakan ke-3, Media Widya Mandala,
Yogyakarta.
Noer. “Bagaimana
Membangun Agroindustri yang Berkelanjutan”, noerdblog.wordpress.com,
diakses pada Selasa, 3 Desember 2013.
Roesmanto, Joko.
1991, Kakao : Kajian Sosial Ekonomi,
Cetakan ke-1, Penerbit Aditya Medya, Yogyakarta.
Setiavani, Gusti.
“Teknologi Pengolahan Kakao”, verarbeitung2012.wordpress.com,
diakses pada Rabu, 4 Desember 2013.
Soekartawi.
2005, Agroindustri dalam Perspektif
Sosial Ekonomi, Cetakan ke-1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Spiliane, James
J. 1995, Komoditi Kakao : Peranannya
dalam Perekonomian Indonesia, cetakan ke-1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar