Max
Weber merupakan salah satu sosiolog asal Jerman dimana pemikiran sosiologinya
lahir dalam keadaan dan kondisi sosial politik Jerman yang sedang mengalami
masa peralihan atau masa transisi. Pada masa transisi tersebut, pada umumnya
keadaan belum stabil yaitu karena di Jerman masyarakatnya yang pada mulanya
berlatar belakang agraris mengalami transisi dan beralih menjadi masyarakat
yang berlatar belakang industri atau perkotaan. Keadaan tersebut tentu membuat
pemikiran masyarakatpun berubah baik di bidang politik maupun ekonomi. Sama
halnya dengan Auguste Comte, Weber juga seorang positivis. Selain Comte, Karl
Marx juga turut mempengaruhi pemikiran Weber.
Max
Weber mengemukakan suatu metode penelitian yang spesifik yaitu verstehen. Bagi Weber, verstehen melibatkan penelitian
sistematis dan tidak hanya sekedar merasakan teks atau fenomena sosial. Verstehen lebih dengan empati.
Intrepretatif understanding yaitu menggunakan cara berfikir orang lain. Pemikiran
Weber yang lain adalah tentang tindakan sosial. Menurutnya, tindakan sosial
adalah suatu tindakan yang memiliki arti subyektif bagi individu dan diarahkan
kepada orang lain. Kemudian ia membagi tindakan sosial tersebut menjadi empat
macam yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai,
tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Rasionalitas instrumental adalah
tindakan sosial yang mempertimbangkan atau menyesuaikan antara cara yang
digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai. Contohnya, jika seorang mahasiswa
ingin memperoleh nilai dan Indeks Prestasi yang bagus maka ia harus belajar,
aktif dalam kelas, rajin mengerjakan tugas, dan lain-lain. Rasionalitas yang
berorientasi nilai adalah tindakan sosial yang rasional namun orientasinya
adalah nilai contohnya adalah umat muslim yang melaksanakan puasa, menunaikan
ibadah haji, dan lain sebagainya. Kemudian tindakan afektif merupakan tindakan
yang didasari afeksi atau perasaan dan emosi tanpa perhitungan dan pertimbangan
contohnya ketika seseorang sedang marah. Sedangkan tindakan tradisional adalah
suatu tindakan yang timbul dan dilakukan atas dasar kebiasaan, tradisi yang
turun temurun contohnya adat istiadat Jawa, tradisi mitoni, dan lain
sebagainya.
Pandangan
Weber dalam melihat realitas sosial berbeda dengan pandangan Durkheim. Durkheim
mengabaikan arti-arti subyektif, sedangkan menurut Weber arti subyektif
tersebut penting. Weberpun berbeda pandangan dengan Marx mengenai kapitalisme
dan iapun menentang teori monokausalitas yang dikemukakan oleh Marx. Dalam teori
monokausalitas, Marx berpendapat bahwa ekonomi adalah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi perkembangan masyarakat sedangkan menurut Weber tidak hanya
ekonomi yang mempengaruhi tetapi juga sosial dan politik. Bagi Weber,
kapitalisme sangat rasional, sosialisme yang bertujuan agar kaum proletar
berkuasa akhirnya melakukan birokratisasi.
Dalam
karyanya yang terkenal yaitu The Protestan Ethic and Spirit of
Capitalism, Weber mengemukakan bahwa etika protestan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kapitalis. Etika protestan yang menekankan
kehidupan di dunia (inner-worldly
asceticism) berbeda
dengan etika katolik yang outer-worldly
asceticism yang menekankan kehidupan
setelah di dunia atau dengan kata lain dunia setelah kematian. Profesional yang tinggi (etos kerja)
berada dalam semangat kapitalisme dan etika protestan. Ukuran sukses di dunia
juga merupakan ukuran sukses di akhirat. Inilah yang mendorong meningkatnya kapitalisme sehingga etika protestan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kapitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar